This text has been re-edited to correct typos,
after being sent to mailing lists 29 May 1998.
It was mounted on the Web on Mon, 01 June 1998
______________________________________________
Date: Fri, 29 May 1998 19:37:39 +0200
To: INDONESIA-L <apakabar@clark.net>
From: Waruno Mahdi <mahdi@fhi-berlin.mpg.de>
Subject: Bersatu, bersatu, sekali lagi bersatu!
Teman-teman bereformasi yang budiman!
Di tengah-tengah kegembiraan dengan jatuhnya pemerintah mantan Presiden
Soeharto, hati ini masih terus saja digerowoti rasa cemas.
Ini bukan saja karena reformasi belum juga terlaksana dan pemerintahan
masih tetap mencerminkan tatanan lama. Yang paling mencemaskan adalah
bahwa kekuatan reformasi akannya bingung sendiri dengan jatuhnya
Soeharto dan sekarang tidak tahu apa yang harus diperbuat.
Ini merupakan bahaya yang besar, karena secara langsung membuka pintu
untuk "come-back"-nya pemerintahan lama.
Mari kita semua berseru kepada pemimpin-pemimpin gerakan reformasi
yang sudah diketahui memiliki backing massa yang cukup besar untuk
memenuhi tanggungjawabnya kepada pergerakan: Megawati, Amien Rais,
Abdurrachman Wahid, dan Emil Salim (kalau perlu, dengan ditambah
satu dua orang lain) baiklah segera berkumpul mendirikan semacam
Gabungan Aksi Reformasi untuk berembuk dan secepat mungkin melahirkan
program bersama jangka-pendek yang kemudian dapat disodorkan
secara bersama kepada Presiden Habibie (dan Pangab Jenderal Wiranto)
dan diperundingkan pelaksanaannya. Aksi bersama pemimpin-pemimpin
gerakan reformasi ini kemudian didukung ramai-ramai oleh kekuatan
mahasiswa dan segenap massa lainnya yang tergalang dalam organisasi
yang dipimpin tokoh-tokoh itu, demikianpun oleh semua massa lain
yang memperjuangakn reformasi.
Melihat tokoh-tokoh itu sampai saat ini kelihatannya masih agak
sungkan-sungkanan, marilah para mahasiswa beraksi kembali,
mendesak mereka untuk berkumpul, dan juga mengajak massa rakyat
luas untuk secara massal menuntut dari pemimpin-pemimpin itu untuk
berkumpul demi menyelamatkan reformasi.
Yang perlu diurus oleh "Gabungan Aksi Reformasi" (atau entah apa namanya
nanti) seperti itu itu:
- Pelaksanaan pemilihan umum dalam tahun ini juga, dan
penciptaan syarat-syarat untuk kampanye pemilu yang demokratis
dan bebas. Untuk itu perlu dirumuskan undang-undang baru untuk
kepartaian, pemilihan umum, kebebasan pers, kebebasan berpendapat,
hak memilih dan dipilih, dsb, pengganti undang-undang lama.
Untuk itu sedapat mungkin diatur supaya terjadi sidang istimewa
MPR. Kalau tidak mungkin, supaya dicari jalan keluar lain
agar sedapat mungkin konstitusional (perlu dicatat, MPR yang ada
ini pun tidak 100% konstitusional, jadi ini cuma pilihan antara
"kurang sempurna A" dengan "kurang sempurna B").
Semua undang-undang
baru ini hanyalah sementara, karena yang lebih memadai baru akan bisa
ditetapkan oleh satu DPR dan MPR hasil pemilihan umum yang bebas dan
demokratis nanti. Yang amat penting lagi, untuk pemilihan
umum pertama nanti, urgen sekali jumlah partai dibatasi (misalnya,
maksimal lima). dengan demikian, kekuatan reformasi yang masih
kocar-kacir ini bisa di paksa untuk mencari konsens (ini satu prosedur
amat penting dalam kehidupan demokrasi, dan kita perlulah secepat
mungkin mulai berlatih. Lihat: AS cukup dengan 2 partai, Britania
Raya 3, makin sedikit makin baik). Satu gerakan reformasi yang
terpecah-belah atas belasan atau puluhan partai akan merupakan
makanan empuk bagi musuh-musuh reformasi.
Demi hasil pemilu nanti
itu benar-benar konstitusional, maka kekuatan orde lama "Orba" pun
harus mendapat kesempatan dirinya diwakili oleh satu partai (misalnya
dibawah pimpinan Presiden Habibie? atau Mbak Tutut?). Selain itu
perlu diatur cara perwakilan ABRI dalam proses peralihan ini yang
perlu dimufakatkan antara "Gabungan Aksi Reformasi" itu dengan pihak
ABRI.
- Tanpa menunggu pemilu dengan hasilnya nanti, segera perlu dipikirkan
jalan untuk menanggulangi krisis ekonomi yang menimpa rakyat, agar
secepat mungkin mulai mengurangi penderitaan rakyat. Dalam hal
ini, "Gabungan Aksi Reformasi" bisa mencapai persetujuan dengan
pemerintah dengan perhitungan: pemerintah lebih lega bertindak
kalau tidak harus was-was terus melirik kearah gerakan reformasi,
karena sudah mengakorkan tindakannya lebih dulu dengan gerakan tsb.,
sedangkan gerakan reformasi mendapat saluran turut mengajukan
dan menggawangkan usul-usul kongkrit untuk penanggulan krisis.
Tidak akan ada salahnya, kalau dalam perembukan masalah ini juga
diturutkan pendapat ahli-ahli seperti Mar'ie Muhammad, Soedrajat
Djwandono, dll., yang dalam masa lampau sudah cukup menunjukkan
integritasnya bahkan pun dengan bertahan melawan tekanan dari
istana Cendana dulu.
Adanya "backing" dari "Gabungan Aksi Reformasi" akan penting
juga bagi pemerintah sementara yang sekarang ini, dalam
menangani imperium korporatif keluarga Soeharto. Ini memang satu
masalah yang pelik sekali, dan perlu mendapat perhatian segera,
karena sangat mempengaruhi cepat-lambatnya penyembuhan keadaan
ekonomi. Terlepas dari aksi demonopolisasi yang harus selesai
secepat mungkin, ada problim berkenaan dengan tuntutan pengusutan
kekayaan keluarga Soeharto. Tetapi kekayaan itu mempunyai dua
muka. Mukanya yang satu dikasiati oleh korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan demi memperkaya diri secara tidak sah. Sudah lumrahlah
orang menuntut ini diusut. Tapi ada muka lain, dimana kekayaan itu
telah menjadi induk persediaan dana dalam ekonomi Indonesia,
sehingga, jangankan pengusutannya, perspektif "mungkin akan diusut"
sajapun sudah mempunyai akibat-akibat sangat negatif bagi pemulihan
kelancaran ekonomi, dan pasti membuat pasaran moneter Indonesia
menjadi peka sekali terhadap setiap serangan spekulan-spekulan
internasional gaya Soros dalam bulan-bulan berikut.
Oleh karena itu, yang perlu dikedepankan sekarang menurut pendapat
saya bukan pengusutan sah atau tidaknya kekayaan itu (kita toh sudah
tahu semua, itu tidak sah), melainkan pengawasan terhadap kekayaan
itu, mengingat pengurusan kekayaan tersebut mempunyai arti vital
bagi keselamatan nasional. Mengingat akan ada terus syakwasangka
(yang sangat lumrah) dari rakyat yang luas terhadap gerak-gerik
pemerintah sementara ini, perlulah kerjasama dengan tokoh-tokoh
pimpinan gerakan reformasi yang representatif untuk dapat
menjamin kestabilan moneter dan menangkis serangan-serangan spekulan.
Oleh karena itu, marilah kita semua dengan ramai-ramai dan kompak bersatu
mendesak pemimpin-pemimpin kita ini untuk menjalankan tugasnya itu,
dan marilah kita ramai-ramai dan kompak bersatu mendukung mereka dalam
menjalankan tugas itu.
Salam Reformasi, Waruno
© Waruno Mahdi, 1998.
Tulisan ini boleh diperbanyak dan disebarluaskan secara non-profit.
This text may be freely copied and multiplied on a non-profit basis.
| Other online texts |
My homepage |