Sender: owner-bahasa@auckland.ac.nz Date: Mon, 9 Nov 1998 20:49:45 +0100 Subject: Re: BAHASA- teka-teki > Saya ingin tanya, ada yang tahu asal-usul etimologi kata berbau > Marxist/Komunis "BUNG"? Apa kata yang sangat populer di jaman > revolusi kemerdekaan RI ini sama maksudnya dengan "KAMERAD" dari > bahasa Rusia?
Ado-o-oh, jangan begitu dong Bung! Itu panggilan antara sesama pejuang masa perjuangan waktu bapak-bapak kita gotong senapan dan bambu runcing supaya tanahair kita merdeka, kok lha diroppel semua masuk PKI nih? :-)
Sapaan Bung itu dalam bahasa Melayu Ambon mempunyai arti sama seperti Abang dalam bahasa Melayu "Tinggi", atau Mas dalam bahasa Jawa, atau Kang dalam bahasa Sunda, atau Cak dalam bahasa Madura, dst..... Dalam tahun-tahun 1940-an dan 1950-an, ciri kebudayaan Ambon itu amat populer dalam rasa kebudayaan kaum nasional Indonesia. Kalau ada kor atau orkes musik yang dikirim keliling ke luar negeri, sering-sering lagu-lagu Ambon yang dibawakannya. Kalau di istana ada tari pergaulan, maka yang ditari itu biasanya Tari Lenso. dst.
Salah satu sebab timbulnya kesan bahwa pemakaian Bung itu berbau komunis itu mungkin karena di kalangan orang yang di pengasingan luar negeri selama rezim Orba(la) itu lazim menggunakannya, sedangkan mereka-mereka ini justru oleh rezim suka dicap "komunis". Padahal cuma sebagian kecilnya saja yang mungkin komunis.
Istilah "kameraad" (Rusia tovarish) yang terkenal dipakai di kalangan PKI dulu itu kawan. Kapan mulai dipakainya saya kurang tahu, tapi di masa sebelum Perang Dunia ke-2 rupanya belum, melainkan orang mungkin masih menyebut kameraad (sering di"Indonesia"kan dengan berbagai cara, sampaipun kambrat). Tetapi waktu saya mulai bergaul dengan rekan-rekan itu kira-kira tahun 1966 atau 1967 di Rusia dulu, saya mendapat kesan bahwa penggunaan istilah kawan itu sudah cukup lama sehingga tidak "baru".
Mengenai istilah khusus yang timbul dalam gerakan kemerdekaan dulu, maka yang dimaksud itu mungkin penggunaan kata saudara untuk mencegah penggunaan sapaan tuan, sehingga kalau orang asing maka disebut tuan, sedangkan kawan setanahair dipanggil saudara. Tapi yang menjadi "contoh" atau "teladan" dalam hal ini saya pikir bukan sapaan kameraad di kalangan orang komunis, melainkan sapaan citoyen (Inggeris: citizen) dalam Revolusi Perancis. (Di Rusia periode Uni Sovyet dulu ada juga istilah yang demikian, yaitu grazhdanin, arti asalnya sama seperti citizen).
> Lalu, kita selalu mendengar istilah "Dirjen" yang dipanjangkan > sebagai "Direktur Jendral". Tadi malam karena nggak bisa tidur saya > pikir-pikir istilah inikan terjemahan dari kata Inggris "General > Director". Lho, kok bahasa Indonesianya bisa jadi berbau militer segala, > ya! Mungkin istilah "Direktur Umum" kurang srek bagi para birokrat > Orde Baru, hehehe...
Memang, Setuju. Tetapi kiranya ini bukan cuma sejak Orde Baru, melainkan satu kekeliruan atau salah kaprah yang sejarahnya cukup lama. Setahu saya, istilah "terkenal" satu-satunya yang terjemahannya benar adalah Majelis Umum (dari bahasa Inggris General Assembly). Selain itu, saya belum pernah mendengar adanya istilah *rapat jendral (general meeting), melainkan senantiasa benar disebut rapat umum.
Direktur jendral (dulu juga direktir jendral) itu kalau tidak salah adalah terjemahan keliru dari bahasa Belanda directeur generaal. Begitu pun total jendral kiranya dari totaal generaal. Sedangkan salah terjemahan dari bahasa Inggeris itu rupanya sekretaris jendral (General Secretary) yang saya pernah juga membaca terjemahan benarnya: sekretaris umum.
Salam, Waruno
P.S. sehubung dengan Majelis Umum (General Assembly) itu mungkin ada kasus salah-terjemah yang lain, yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (yang bakal mau bersidang ini), yang sekurang-kurangnya sejak awal dasawarsa 1950-an itu oleh instansi resmi pemerintah RI senantiasa diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris sebagai People's Consultative Congress, artinya, Majelis diterjemahkan Congress (ini mungkin mau tiru Kongres Amerika Serikat). Menurut saya, terjemahan "benar"nya mestinya People's Consultative Assembly. Bagaimana pendapat bahasawan/wati lain? Celakanya, nama-nama badan politik yang juga memakai kata majelis di negeri-negeri Timur Dekat itu biasanya di-Inggeris-kan seenaknya saja dengan majlis atau mejlis :-(